Saturday, March 29, 2008

Melayu: Tak payahlah nak berkroni...

salam semua....

saya masih lagi dalam 'mood' utk berbicara mengenai melayu...

salah satu sifat melayu adalah suka berkroni...atau bepuak-puak...

sifat berkroni dan berpuak-puak ini telah lama dikikis agar hilang dari dalam diri orang islam sejak zaman Rasulullah lagi...apabila datangnya Islam, Agama yang merentasi sempadan warna kulit serta bangsa...

maksud kroni @ crony dari wikipedia...
---------------------------------------------------------------

Cronyism is partiality to long-standing friends, especially by appointing them to positions of authority, regardless of their qualifications. Hence, cronyism is contrary in practice and principle to meritocracy. Cronyism exists when the appointer and the beneficiary are in social contact; often, the appointer is inadequate to hold his or her own job or position of authority, and for this reason the appointer appoints individuals who will not try to weaken him or her, or express views contrary to those of the appointer. Politically, "cronyism" is derogatorily used. The word "crony" first appeared in 18th century London, believed by many to be derived from the Greek word χρόνιος (chronios), meaning "long-term", however, crony appears in the 1811 edition of Grose's Vulgar Tongue with a decidedly non-collegiate definition, placing it firmly in the cant of the underworld.[1] A less likely source for the words etymology is the Irish Language term Comh-Roghna (pron. ko-ronə), which translates to "close pals", or mutual friends.

Governments are particularly susceptible to accusations of cronyism, as they spend public money. Many democratic governments are encouraged to practice administrative transparency in accounting and contracting, however, there often is no clear delineation of when an appointment to government office is "cronyism". It is not unusual for a politician to surround him- or herself with highly-qualified subordinates, and to develop social, business, or political friendships leading to the appointment to office of friends, likewise in granting government contracts. In fact, the counsel of such friends is why the officeholder successfully obtained his or her powerful position — therefore, cronyism usually is easier to perceive than to demonstrate and prove.

The NHS is becomingly increasingly prone to Cronyism, most notably at NHS London, where a female inner circle close to the Chief Executive are favoured and in turn favour their friends. This is in direct oppostion to the principles of its Single Equality Scheme.

In the private sector, cronyism exists in organizations, often termed 'the old boys club' or 'the golden circle', again the boundary between cronyism and 'networking' is difficult to delineate.

Moreover, cronyism describes relationships existing among mutual acquaintances private organizations where business, business information, and social interaction are exchanged among influential personnel. This is termed crony capitalism, and is an ethical breach of the principles of the market economy; in advanced societies, crony capitalism is a breach of market regulations, e.g. the Enron fraud is an extreme example of crony capitalism.

Given crony capitalism's nature, these dishonest business practices are frequently (yet not exclusively) found in societies with ineffective legal systems. Resultantly, there is an impetus upon the legislative branch of a government to ensure enforcement of the legal code capable of addressing and redressing private party manipulation of the economy by the involved businessmen and their government cronies.

The economic and social costs of cronyism are paid by society. In the form of reduced business opportunity for the majority of the population, reduced competition in the market place, inflated consumer goods prices, decreased economic performance, inefficient business investment cycles, reduced motivation in affected organizations, and the diminution of economically productive activity. A practical cost of cronyism is manifest in the bad workmanship of public and private community projects. Cronyism is self-generating, cronyism then begets a culture of cronyism. This can only be apprehended by a comprehensive, effective, and enforced legal code, and empowered government agencies who can effect prosecutions in the courts.

All appointments that are suspected of being cronyism are controversial. The appointed party may choose to either suppress disquiet or ignore it, depending upon the society's level of freedom of expression and individual personal liberty.
------------------------------------------------------------

apabila Islam datang dan ditegakkan oleh Rasulullah... kroni tidak dapat mengambil tempat kerana Islam tidak mengred umatnya kepada kroni sebaliknya 'pengredan' adalah berdasarkan 'competency' atau kecekapan seseorang itu melunaskan tugas, amanah serta tanggungjawab dengan penuh cekap...atau competent...

adakah melayu sekarang sangat cekap?...
adalah melayu sekarang tidak meng 'ali baba' kan project?...
adakah melayu sekarang 'naik' memegang jawatan yang hebat-hebat berdasarkan kecekapan dan kemantapan bekerja?...
adakah melayu sekarang hanya mengutip duit komisyen atas nama 'masyukkk'..tanpa mengeluarkan peluh pun?

saya ada ramai rakan yang berbagai jenis rupa dan gaya...
tidak kira mereka dari fahaman politik yang mana...namun ada segelintir yang mempunyai perangai yang sangat menyedihkan saya... tanpa kelulusan, individu tersebut berebut untuk menjadi ketua-ketua bahagian atau cawangan...

ada yang kerjaya mereka sebagai pemandu klinik kesihatan...
ada yang bekerja sebagai 'office boy' sehingga berumur 45 tahun...
ada yang bekerja sebagai kerani am rendah....

dan mereka-mereka ini berebut kuasa untuk menjadi pemimpin atau ketua-ketua cawangan atau bahagaian...

dengan ilmu yang 'sedikit' kurang.. maka untuk naik tangga mereka menggunakan 'kroni' dan menghabiskan banyak wang serta air liur menjanjikan projek demi projek untuk kroni masing-masing...

tanpa mengambil kira kecekapan dalam bidang ilmu...
tanpa mengambil kira kecekapan dalam bidang agama...
tanpa mengambil kira kecekapan dalam 'leadership' @ kepimpinan..
tanpa mengambil kira kecekapan dalam komunikasi...

semuanya berebut jawatan mahukan kuasa...

mereka-mereka ini adalah melayu yang mengucap dua kalimah syadahah dan berikrar bahawa solat, ibadah, hidup dan mati mereka hanya kerana Allah Taala Robbul Jaleel...

namun apa yang terniat, apa yang terlafaz dan apa yang dilakukan oleh anggota sangat-sangat bersimpangan antara satu sama lain...

apa nak jadi?...
ianya semata-mata kerana 'tunjang agama' sangat goyah...
ilmu sangat lemah...

yang tinggal hanya sikap 'samseng' yang tak tentu pasal...

sampai bila nak jadi begini? adakah sampai saat 'tangan besar' turun dari langit? adakah sampai saat 'pekikan kuat' berkumandang dari langit? baru nak insaf?...

begitulah melayu...

dan lebih menyedihkan lagi ialah melayu yang pandai-pandai... mereka lebih dan sangat pandai dari Rasulullah dan mereka 'melanggar' sahaja apa larangan agama dengan cara menukar istilah-istilah agar tidak sama seperti larangan Allah di dalam Al-Quran... cth; rasuah boleh ditukar menjadi duit kopi... zina ditukar jadi 'suka sama suka apa salahnya'.... dsbnya...

seperti yang saya ulang-ulang kata... untuk mantap, ianya bermula dari kemantapan 'tunjang' diri iaitu agama... mantap agama maka seseorang itu akan secara otomatik menjadi cekap... dan apabila cekap, tidak ada istilah kroni di dalam hidupnya... kerana kemana sahaja dia pergi... dia adalah intan dan permata... dan menjadi kebanggaan Allah & Rasul...

jika kita melayu, tanya pada diri, adalah kita cekap atau competent?

wasalam

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails